Diabetes dan Ramadhan, Apa Yang Harus Diperhatikan?
Puasa saat bulan Ramadhan merupakan salah satu kewajiban bagi
umat muslim. Dalam menuaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, tentu berpengaruh
terhadap tubuh. Terjadi perubahan pada pola biologis tubuh dibanding saat tidak
berpuasa.
Jumlah penderita diabetes di
Indonesia sangatlah banyak. Banyak penderita diabetes yang kerap kali bingung
saat akan menuaikan ibadah puasa. Perlu tatalaksana yang tepat
agar terdapat berbagai penyesuaian agar dapat terhindar dari berbagai
komplikasi seperti hipoglikemia, hiperglikemia, diabetic
ketoacidosis, dehidrasi (kekurangan cairan).
Puasa akan mengubah
berbagai aktivitas tubuh, termasuk perubahan pola tidur. Menurunnya jumlah
tidur, tidur terlambat adalah hal yang sering terjadi. Sedangkan tidur yang
kurang berkaitan dengan meningkatnya intoleransi glukosa.
Berikut ini adalah
beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat menuaikan ibadah puasa bagi
pengidap diabetes.
1. Penentuan Faktor Risiko
Semua pasien diabetes sebaiknya
melakukan pemeriksaan dengan dokter sebelum memasuki bulan Ramadhan. Pasien dengan risiko
sangat tinggi dianjurkan untuk tidak berpuasa, sedangkan kategori risiko tinggi
dan rendah dapat berpuasa dengan pemantauan yang rutin
2. Pemantauan Gula Darah
Pasien
diabetes penting untuk mengecek kadar gula darah setelah buka puasa. Karena
seringnya terjadi hiperglikemia pada setelah berbuka dikarenakan asupan gula
dalam jumlah besar secara mendadak.
Penting
juga untuk mengecek kadar gula darah bila merasakan gejala hipoglikemia
(gemetar, keringat/kedinginan, jantung berdebar, gugup, marah, cemas,
sakit kepala, pusing) atau
merasakan gejala hiperglikemia (rasa sangat haus, Kencing
berulang-ulang, lelah, Bingung, Mual/muntah),pusing. Pemantauan gula darah sangat penting.
Karena saat puasa terjadi perubahan pola makan dan gaya
hidup. Dengan pengukuran gula darah, dapat lebih sadar terhadap
pola makan mereka dan efeknya terhadap gula darah. Pasien dengan
pengobatan suntikan insulin dan/atau sulfonilurea (glibenclamide, glimepiride)
juga harus memantau gula darah secara teratur untuk mencegah kemungkinan
hipoglikemia.
3. Pengaturan cairan dan makanan
• Membagi pola makan menjadi antara buka puasa dan sahur,
ditambah snack 1-2 kali bila perlu.
• Perbandingan kadar zat gizi
• 45–50% karbohidrat
• 20–30% protein
• <35% lemak
• Makanan yang indeks glikemik rendah, dan tinggi serat seperti
kacang-kacangan, beras merah
• Makan banyak buah dan sayur.
• Kurangi makanan dengan tinggi lemak jenuh
• Hindari makanan penutup yang manis dalam jumlah banyak
• Mengunakan minyak goreng dalam jumlah sedikit
4. Olahraga
• Olahraga berat tidak disarankan karena dapat menyebabkan
hipoglikemia
• Pasien DM harus tetap melakukan olahraga ringan / aktifitas
fisik ringan selama Ramadhan seperti jogging ataupun bersepeda selama 30
menit
5. Penyesuaian obat saat puasa
Pasien diabetes beresiko untuk hipoglikemia saat pagi
dan hiperglikemia saat malam. Perlu penyesuaian dosis dan waktu minum obat
dan suntik insulin saat puasa.
Tabel diatas merupakan panduan umum perubahan dosis obat, akan
tetapi pengobatan tiap individu berbeda-beda karena setiap pasien tidaklah
sama. Oleh karena itu perlu konsultasi dengan dokter yang lebih lanjut
6. Kapan harus membatalkan puasa?
Pertimbangkan
untuk buka bila Gula darah <70 mg/dL (3.9 mmol/L). Cek
ulang dalam 1 jam bila GD 70-90
mg/dL (3.9-5.0 mmol/L) atau bahkan kurang.
Gula darah >300 mg/dL (16.6 mmol/L)
Gejala hipoglikemia, hiperglikemia, dehidrasi atau penyakit akut
Gejala Hipoglikemia: Gemetar, keringat/kedinginan,
pucat, jantung berdebar, berkeringat, lapar, perubahan mental (gugup, marah,
cemas), sakit kepala, pusing
Gejala Hiperglikemia: rasa sangat haus, kencing berulang-ulang, lelah, bingung, mual/muntah,
pandangan kabur, pusing, sesak nafas
Sumber:
IDF & DAR Alliance, Diabetes and Ramadhan: Practical Guideline
2016
http://www.mayoclinic.org
No comments:
Post a Comment