Klasifikasi Spinal Cord Injury
American Spinal Injury Association (ASIA) bekerjasama dengan Internasional Medical Society Of Paraplegia (IMSOP) telah mengembangkan dan mempublikasikan standart internasional untuk klasifikasi fungsional dan neurologis cedera medula spinalis. Klasifikasi ini berdasarkan pada Frankel pada tahun 1969. Klasifikasi ASIA/ IMSOP dipakai di banyak negara karena sistem tersebut dipandang akurat dan komperhensif.
Skala kerusakan menurut ASIA/ IMSOP adala sebagai berikut:
- Grade (A) Fraktur komplit. Tidak ada fungsi motorik maupun sensorik di seluruh segmen dermatom dari titik lesi hingga S4-S5.
- Grade (B) Fraktur inkomplit. Fungsi motorik dibawah lesi (termasuk segmen S4-S5) terganggu, namun fungsi sensorik masih berjalan dengan baik.
- Grade (C) Fraktur inkomplit. Fungsi motorik di bawah lesi masih berfungsi dan mayoritas memiliki kekuatan otot dengan nilai kurang dari 3.
- Grade (D) Fraktur Inkomplit. Fungsi motorik dibawah lesi masih berfungsi dan mayoritas memiliki kekuatan otot dengan nilai lebih dari 3.
- Grade (E) Normal. Fungsi motorik dan sensorik normal.
Skala kerusakan berdasarkan American Spinal Injury Association (ASIA) / International Medical Society of Paraplegia (IMSOP)
Grade | Tipe | Gangguan spinalis ASIA/IMSOP |
A | Komplit | Tidak ada fungsi sensorik dan motorik sampai S4-5 |
B | Inkomplit | Fungsi sensorik masih baik tapi fungsi motorik terganggu sampai segmen sakral S4-5 |
C | Inkomplit | Fungsi motorik terganggu dibawah level, tapi otot-otot motorik utama masih punya kekuatan < 3 |
D | Inkomplit | Fungsi motorik terganggu dibawah level, otot-otot motorik utamanya punya kekuatan > 3 |
E | Normal | Fungsi sensorik dan motorik normal |
Sedangkan lesi pada medula spinalis menurut ASIA 2000, terbagi atas:
- Paraplegi: Suatu gangguan atau hilangnya fungsi motorik atau dan sensorik karena kerusakan pada segment thoraco-lumbo-sacral.
- Quadriplegi: Suatu gangguan atau hilangnya fungsi motorik atau dan sensorik karena kerusakan pada segment cervikal
Cedera umum medula spinalis dapat dibagi menjadi komplit dan tidak komplit berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. Terdapat 5 sindrom utama cedera medula spinalis inkomplet menurut American Spinal Cord Injury Association yaitu :
- Central Cord Syndrome
- Brown Sequard Syndrome
- Anterior Cord Syndrome
- Posterior Cord Syndrome
- Cauda Equina Syndrome
Nama Sindroma | Pola dari lesi saraf | Kerusakan |
Central cord syndrome | Cedera pada posisi sentral dan sebagian daerah lateral. Sering terjadi pada trauma daerah servikal | Menyebar ke daerah sacral. Kelemahan otot ekstremitas atas lebih berat dari ekstremitas bawah. |
Brown- Sequard Syndrome | Cedera pada sisi anterior dan posterior dari medula spinalis. Cedera akan menghasilkan gangguan medulla spinalis unilateral | Kehilangan proprioseptif dan kehilangan fungsi motorik secara ipsilateral |
Anterior cord syndrome | Kerusakan pada anterior dari daerah putih dan abu- abu medulla spinalis | Kehilangan funsgsi motorik dan sensorik secara komplit. |
Posterior cord syndrome | Kerusakan pada posterior dari daerah putih dan abu- abu medulla spinalis | Kerusakan proprioseptif diskriminasi dan getaran. Fungsi motorik juga terganggu |
Cauda equine syndrome | Kerusakan pada saraf lumbal atau sacral sampai ujung medulla spinalis | Kerusakan sensori dan lumpuh flaccid pada ekstremitas bawah dan kontrol berkemih dan defekasi. |
Selain itu, Spinal Cord Injury juga dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1) Fase akut / spinal shock (2-3 minggu), cirinya:
a. Gangguan motorik
Bila terjadi pada daerah cervical maka kelumpuhan terjadi pada ke empat extremitas yang disebut tetraplegi, sedangkan pada lesi di bawah daerah cervical akan terjadi kelumpuhan pada anggota gerak bawah yang disebut paraplegi.
b. Gangguan sensorik
Sensasi yang terganggu sesuai dengan dermatom di bawah lesi, hal yang terganggu berupa sensasi raba, sensasi nyeri, sensasi temperatur ataupun sensasi dalam.
c. Gangguan fungsi autonom (bladder, bowel, dan seksual)
Bisa terjadi gangguan pengosongan kandung kemih dan saluran pencernaan, fungsi seksual, fungsi kelenjar keringat dan juga tonus pembuluh darah di bawah lesi. Pada fase ini urine akan terkumpul di dalam kandung kemih sampai penuh sekali dan baru dapat keluar apabila sudah penuh.
d. Gangguan respirasi (tergantung letak lesi)
Dapat terjadi gangguan respirasi jika terletak lesi yang terkena level C4 yaitu cabang dari C4 adalah keluarnya n.prenicus yang mempersarafi tractus respiratorius, jika terkena maka diafragma pasien tidak akan bekerja secara maksimal sehingga dapat terkena gangguan pernafasan.
e. Hipotensi orthostatik
Tidak adanya tonus otot di daerah abdomen dan extremitas inferior menyebabkan darah terkumpul di daerah tersebut, akibatnya terjadi penurunan tekanan darah. Problem ini timbul pada saat pasien bangkit dari posisi terlentang ke posisi tegak atau perubahan posisi tubuh yang terlalu cepat. Hal ini terjadi pada pasien yang bed rest lama dan endurancenya menurun.
2) Fase sub akut / recovery (3 minggu – 3 bulan)
Dibagi dalam kriteria:
a. Kriteria 1
Komplit lesi LMN, yang ditandai dengan adanya gangguan sensorik, motorik, vegetatif, flacciditas dan arefleksia.
b. Kriteria 2
Komplit lesi UMN, yang ditandai dengan adanya gangguan sensorik, motorik, vegetatif, spastik, dan hiperrefleksia.
c. Kriteria 3
Inkomplit lesi LMN, yang ditandai dengan adanya perbaikan fungsi sensorik/ motorik/ vegetatif, lalu ada hiporefleksia dan hipotonus.
d. Kriteria 4
Inkomplit lesi LMN, yang ditandai dengan adanya perbaikan fungsi sensorik/motorik, vegetatif, lalu ada hiperrefleksia, dan spastis.
3) Fase kronik (di atas 3 bulan)
Cirinya apabila setelah fase recovery kondisi pasien menjadi complete / incomplete maka akan timbul gambaran klinis lain, yaitu:
Setelah fase recovery kondisi pasien complete/incomplete vital sign pasien menurun dan autonomic disrefleksia, yaitu suatu kondisi yang berlebihan pada sistem autonom. Fenomena ini tampak pada cedera medula spinalis di atas Th6. Hal ini disebabkan aksi relatif dari sistem saraf otonom sebagai respon dari beberapa stimulus, seperti kandung kemih, fesces yang mengeras (konstipasi), iritasi kandung kemih, manipulasi rectal, stimulus suhu atau nyeri dan distensi visceral. Tandanya yaitu hipertensi mendadak, berkeringat, kedinginan, muka memerah, dingin dan pucat dibawah level lesi, hidung buntu, sakit kepala, pandangan kabur, nadi cepat lalu menjadi lambat.
Sumber:
Roberts TT, Leonard GR, Cepela DJ. Classifications In Brief: American Spinal Injury Association (ASIA) Impairment Scale. Clin Orthop Relat Res. 2017;
Sumber:
Roberts TT, Leonard GR, Cepela DJ. Classifications In Brief: American Spinal Injury Association (ASIA) Impairment Scale. Clin Orthop Relat Res. 2017;
1 comment:
I confused about herniated nucleous puspolous (hnp) with spinal cord compression because Bone litik on cancer because in my country not all patient get MRI. What is the difference es?
Post a Comment