Klasifikasi Fraktur Salter Harris
Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari struktur tulang “epiphyseal plate” serta “cartilage” (tulang rawan sendi). Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulangbergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya (Jong and Syamsuhidajat, 2015).
Fraktur Salter-Harris atau growth plate fracture merupakan salah satu jenis fraktur yang melibatkan lempeng epifisis atau plat pertumbuhan tulang (American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2014). Growth plate adalah area lunak kartilago dan akhir tulang panjang yang melebar. Pertumbuhan tulang anak utamanya terjadi pada growth plate. Ketika anak telah sempurna perkembangannya, maka area tersebut akan mengeras menjadi bagian yang solid. Growth plate relatif lemah dan mudah rusak bila terbentur, jatuh, dan tertekan dengan tekanan berlebih. Jenis fraktur ini adalah cedera umum yang ditemukan pada anak-anak, terjadi 15% fraktur tulang panjang pada masa kanak-kanak (Cepela et al., 2016)
Fraktur lempeng epifisis memiliki klasifikasi yang lebih spesifik dibanding fraktur lainnya. Klasifikasi fraktur lempeng epifisis yang paling sering digunakan adalah klasifikasi Salter dan Harris) dengan modifikasi Rang. (Havranek and Pesl, 2010; Cepela et al., 2016) Klasifikasi ini membagi fraktur berdasarkan mekanisme fraktur dan hubungan garis patahan terhadap sel tumbuh piringan epifisieal. yang membagi menjadi 6 jenis fraktur
· Tipe 1 (Slipped / Separation)
Fraktur transversus pada zona hipertrofi atau kalsifikasi pada epiphysis. Fraktur ini memanjang searah dengan lempeng epiphysis. Fraktur tipe ini menyebabkan terpisahnya lempeng epiphysis dari metafisis. Fraktur tipe ini tidak menyebabkan cedera yang serius pada lempeng epifisis dan tidak menganggu pertumbuhan. Fraktur tipe ini sering terjadi pada anak dengan lempeng epifisis yang tebal seperti pada neonates dan infant. (Thompson and Netter, 2010; Solomon, Warwick and Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016)
· Tipe 2 (Above)
Menyerupai tipe 1 tapi ujung dari fraktur mengalami deviasi dari lempeng epifisis dan mencapai metafisis. Pemisahan fragmen fraktur membentuk daerah triangular pada metafisis. Fraktur ini paling sering terjadi, sekitar 74% dari seluruh fraktur lempeng epifisis (fragmen Thurston-Holland).
(Thompson and Netter, 2010; Solomon, Warwick and Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016)
· Tipe 3 (Lower)
Fraktur pada lempeng epifisis kemudian berbelok menjauhi lempeng epifisis menuju area hipertrofi pada epifisis sehingga menyebabkan fraktur intraarticular. Fraktur pada lempeng epifisis kemudian berbelok menjauhi lempeng epifisis menuju area hipertrofi pada epifisis sehingga menyebabkan fraktur intraarticular. Fraktur tipe 3 lebih jarang dibanding fraktur tipe 2, namun memiliki risiko sequelae yang lebih tinggi yaitu posttraumatic arthritis dan gangguan pertumbuhan. (Thompson and Netter, 2010; Solomon, Warwick and Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016).
· Tipe 4 (Through)
Sama seperti tipe 3, dimana fraktur menyebabkan gangguan pada lempeng pertumbuhan tapi memanjang hingga mencapai epifisis dan metafisis dan permukaan sendi. Fraktur ini dapat terjadi pergeseran dan gangguan pada lempeng epifisis sehingga menyebabkan pertumbuhan asimetris tulang dan angulasi. (Thompson and Netter, 2010; Solomon, Warwick and Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016)
· Tipe 5 (Raised)
Fraktur longitudinal kompresi pada lempeng epiphysis melalui mekanisme abduksi, adduksi atau axial load. Fraktur tipe ini sering sulit terlihat pada pemeriksaan X-ray sehingga sulit di diagnosis, namun lempeng epiphysis tertekan dan hancur sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan angulasi. (Thompson and Netter, 2010; Solomon, Warwick and Nayagam, 2014; Cepela et al., 2016)
· Tipe 6
Cedera pada perichondrial ring (Zona perifer Ranvier) yang menyebabkan gangguan pertumbuhan berat. Penyembuhan akan terjadi dengan pembentukan bone bridge pada lempeng epiphysis sehingga menghambat pertumbuhan pada sisi yang fraktur sehingga menyebabkan deformitas angular. (Havranek and Pesl, 2010; Thompson and Netter, 2010)
Daftar Pustaka:
Cepela, D. J. et al. (2016) ‘Classifications In Brief: Salter-Harris Classification of Pediatric Physeal Fractures’, Clinical Orthopaedics and Related Research. doi: 10.1007/s11999-016-4891-3
Jong, W. De and Syamsuhidajat (2015) BUKU AJAR ILMU BEDAH. 3rd edn. Jakarta: EGC.
Havranek, P. and Pesl, T. (2010) ‘Salter (Rang) type 6 physeal injury’, European Journal of Pediatric Surgery. doi: 10.1055/s-0029-1246196.
Solomon, L., Warwick, D. and Nayagam, S. (2014) ‘Apley’s System of Orthopaedics and Fracture’, Igarss 2014, pp. 1–5. doi: 10.1007/s13398-014-0173-7.2.
Thompson, J. C. and Netter, F. H. C. N. (2010) Netter’s concise orthopaedic anatomy, Netter clinical science. Philadelphia: Saunders. doi: 10.1016/B978-1-4160-5987-5.50014-0.
No comments:
Post a Comment